Kamis, 18 Agustus 2011

Numpak Taksi

Muntiyadi mari mulih jogo kiro-kiro jam rolas bengi.
Embong wis suepi, gak onok bemo sing lewat, ojek yo gak onok.
Muntiyadi malih merinding disko opo maneh ketepakan saiki malem Jum'at kliwon.
Mari ngenteni sui, akhire onok taksi liwat, waduh lumayan pikire.

Mari mlebu taksi lungguh ndhik mburi, Muntiyadi terus ngandani supir taksine njaluk diterno mulih nang Wiyung.
Mergo kekeselen, gak sui Muntiyadi langsung keturon pules.

Pas enak-enak turu, Muntiyadi moro-moro keroso taksine kok tambah alon.
Bareng didelok dhadhak supir taksine wis gak onok, tibake montore mlaku dhewe.
Muntiyadi tambah gemeter pas ndhelok tibake taksine lagi ngeliwati kuburan.

Mergo gak kuat nahan wedhi, Mutiyadi bengok-bengok ambek kepuyuh-puyuh "Tolong !!. . .tolong !!".

Moro-moro seko jendelone taksi, onok endhase supir taksi njengongok.

Muntiyadi tambah pucet gak karuan, tibake supir taksine ngomong ngene.
"Hee cak . .ojok turu ae . .Ewangono nyurung, montore mogok iki lho. ."

Selasa, 18 Desember 2007

Mempersiapkan & Membantu Anak Autis Mengikuti Pendidikan di Sekolah Umum

I. INDIVIDU AUTISME

Seseorang baru dapat dikatakan sebagai termasuk Autistic Spectrum Disorder, bila ia memiliki sebagian dari uraian gejala-gejala berikut ini:

a. Gangguan komunikasi --- cenderung mengalami hambatan mengekspresikan diri, sulit bertanya jawab sesuai konteks, sering membeo ucapan orang lain, atau bahkan mengalami hambatan bicara secara total dan berbagai bentuk masalah gangguan komunikasi lainnya. Biasanya, orang tua khawatir anaknya ASD karena perkembangan bicara yang tidak setara dengan anak lain seusianya.

b. Gangguan perilaku --- adanya perilaku stereotipi / khas seperti mengepakkan tangan, melompat-lompat, berjalan jinjit, senang pada benda yang berputar atau memutar-mutarkan benda, mengketuk-ketukkan benda ke benda lain, obsesi pada bagian benda atau benda yang tidak wajar dan berbagai bentuk masalah perilaku lain yang tidak wajar bagi anak seusianya. Variasi perilaku yang ter-tampil sangatlah beragam, sehingga tidak mungkin dijabarkan satu per satu.

c. Gangguan interaksi --- secara umum terdapat keengganan untuk berinteraksi secara aktif dengan orang lain, sering terganggu dengan keberadaan orang lain di sekitarnya, tidak dapat bermain bersama anak lain, lebih senang menyendiri dan sebagainya.

Masalah di atas sering juga disertai dengan adanya ketidakmampuan untuk bermain, gangguan makan dan atau gangguan tidur. Anak tidak menggunakan permainan sebagaimana mestinya, sangat pemilih dalam hal menu makanannya, cenderung ada masalah pencernaan, atau sangat terbatas asupannya. Anak juga sering sulit tidur atau terbangun tengah malam… dan berbagai jenis permasalahan lainnya.

Beberapa individu yang termasuk dalam spektrum autisme juga melaporkan bahwa mereka memiliki berbagai ciri khas dalam mempersepsi dunia, seperti misalnya (Siegel, 1996):

Visual thinking

dimana mereka lebih mudah memahami hal konkrit (dapat dilihat dan dipegang) daripada hal abstrak. Biasanya, ingatan atas berbagai konsep tersimpan dalam bentuk ‘video’ atau file gambar. Proses berpikir yang menggunakan gambar/film seperti ini, jelas lebih lambat daripada proses berpikir verbal; akibatnya.. mereka perlu jeda beberapa saat sebelum bisa memberikan jawaban atas pertanyaan tertentu. Individu dengan gaya berpikir seperti ini, juga lebih menggunakan asosiasi daripada berpikir secara logis menggunakan logika.

Processing problems

Sebagian anak ASD mengalam kesulitan memproses data. Mereka cenderung terbatas dalam memahami ‘common sense’ atau menggunakan akal sehat/nalar. Mereka sulit merangkai informasi verbal yang panjang (rangkaian instruksi), sulit diminta mengingat sesuatu sambil mengerjakan hal lain, dan sulit memahami bahasa verbal/lisan. Hal-hal tersebut di atas tampak konsisten dengan kecenderungan individu ASD yang lebih mudah berpikir secara visual.

Sensory sensitivities

Perkembangan yang kurang optimal pada sistim neurobiologis individu ASD juga sedikit banyak mempengaruhi perkembangan indra mereka sehingga terjadi salah satu atau semua pada sebagian anak ASD:

- Sound sensitivity: dimana anak jadi takut berlebihan pd suara keras/bising. Ketakutan yang berlebihan ini membuat mereka bingung, merasa cemas atau terganggu, yang sering termanifestasi dalam bentuk perilaku buruk. Pola kepekaan akan suara keras/ bising ini tidak sama, dan frekuensi setiap individu juga berbeda-beda.

Kadang anak mendengung/bergumam untuk menghalangi gangguan suara tadi. Dengan ia mendengung, ia hanya mendengar dengungannya dan tidak mendengar suara lain yang tidak dapat ia prediksi.

- Touch sensitivity: anak memiliki kepekaan terhadap sentuhan ringan atau sebaliknya terhadap sentuhan dalam. Masalah kepekaan yang berlebihan ini biasanya terwujud dalam bentuk masalah perilaku (termasuk masalah makan & pakaian). Bila anak peka terhadap sentuhan dan terganggu dengan sentuhan kita, maka pelukan kita justru dapat ia artikan sebagai hukuman yang menyakitkan.

- Rhytm difficulties: Individu sulit mempersepsi irama yang tertampil dalam bentuk lagu, bicara, jeda dan ‘saat utk masuk dalam percakapan’. Itu sebabnya banyak individu ASD terus menerus berbicara, atau menyerobot masuk saat percakapan sedang berlangsung, yang seringkali dianggap lingkungan sebagai ‘tidak sopan’. Padahal, ini adalah masalah fisik mereka.

Communications frustrations

Gangguan perkembangan bicara bahasa yang terjadi pada individu ASD membuat mereka sering frustrasi karena masalah komunikasi. Mereka bisa mengerti orang lain, tapi terutama bila orang lain bicara langsung kepada mereka. Itu sebabnya mereka seolah tidak mendengar bila orang lain bercakap-cakap sesamanya. Mereka merasa, percakapan itu tidak ditujukan kepada mereka, karena itu mereka sulit memahami tuntutan lingkungan yang meminta mereka menjawab meski mereka tidak ditanya secara langsung. Individu ASD juga sulit mengungkapkan diri, sehingga lalu berteriak atau berperilaku negatif lain sekedar untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak tahu dan atau tidak mampu mengungkapkan diri secara efektif, kadang harus berada dalam kondisi tertekan untuk dapat ekspresi sehingga seringkali frustrasi bila tidak dimengerti.

Social & emotional issues

Ciri lain yang sangat dominan adalah fiksasi atau keterpakuan akan sesuatu yang membuat individu ASD cenderung berpikir kaku. Akibatnya, individu ASD sulit adaptasi atau memahami perubahan yang terjadi di lingkungan sehari-hari. Apalagi, bila perubahan tersebut terjadi dengan cepat dan tanpa penjelasan sama sekali. Keterpakuan akan sesuatu membuat mereka sulit memahami berbagai situasi sosial seperti tata cara pergaulan dan hukum sosialisasi yang sangat bervariasi tergantung kondisi dan situasi sesaat.

Pada umumnya individu ASD tidak pernah membayangkan bahwa orang lain juga bisa mempersepsi sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, karena hal ini adalah sesuatu yang sangat abstrak. Itu sebabnya, banyak yang sulit empati bila tidak dilatih melalui pengalaman dan pengarahan.

Problems of control:

Berbagai gangguan perkembangan neurologi di otak menjadikan masalah individu ASD menjadi makin kompleks. Mereka mengalami kesulitan mengontrol diri sendiri, yang terwujud dalam berbagai bentuk masalah perilaku. Mereka cenderung berperilaku ritual dengan pola tertentu, dan ada keterpakuan pada beberapa jenis objek. Sebagian dari mereka juga memiliki ketakutan yang luar biasa pada hal-hal yang tidak ia mengerti.

Problems of tolerance:

Kepekaan yang berlebihan akan rangsang stimuli tertentu, membuat individu ASD menarik diri dari lingkungannya. Mereka kurang dapat mentolerir rangsang-rangsang tersebut, dan ini merupakan manifestasi masalah sensori di tubuhnya. Sebagian dari mereka juga cenderung sangat peka terhadap berbagai muatan emosi yang terjadi di sekitarnya. Mereka bingung dan cemas bila tidak dapat memahami pesan-pesan emosi yang terjadi saat bergaul, sehingga kadang memutuskan untuk menarik diri dari pergaulan.

Problems of connection:

Berbagai masalah yang berkaitan dengan ‘kemampuan individu menalar’ adalah

Attention problems: masalah pemusatan perhatian, terus menerus terdistraksi

Perceptual problems: masalah proses persepsi, bingung sehingga menghindari orang lain.

Systems integration problems: proses informasi di otak bekerja secara ‘mono’ (tunggal) sehingga sulit memproses beberapa hal sekaligus

Left-right hemisphere-integration problems: otak kiri tidak secara konsisten tahu apa yang terjadi pada otak kanan (dan sebaliknya), sehingga tidak sepenuhnya sadar pada apa yang sedang terjadi.

Perbedaan manifestasi gangguan-gangguan tersebut, menjadikan setiap individu sangat unik. Tidak ada dua individu autisme yang sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Itu sebabnya, penanganan juga tidak dapat disama-ratakan. Paham “individual differences” (Greenspan, 1998) sangat ditekankan, sehingga orang tua dan guru tidak memberikan penanganan seragam bagi sekelompok anak.

Dalam menghadapi variasi jenis kelebihan dan kekurangan masing-masing anak, kemampuan untuk mengobservasi menjadi sangat penting. Orang tua adalah pengamat di rumah, guru adalah pengamat handal di sekolah. Apa yang harus diamati? Banyak sekali: kebiasaan anak dalam menghabiskan waktu di rumah, perilaku yang sering ia tampilkan, bagaimana ia mencerna informasi, bagaimana respons anak terhadap usaha orang tua mengajarkan kebiasaan baru dan sebagainya.

Karena itu, penting bagi pendidik dan orang tua anak ASD untuk bekerja sama berusaha mencari penanganan terbaik bagi anak-anak ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, para orang dewasa di sekitar anak ASD-lah yang harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak ASD. Berikan mereka kesempatan dan target yang realistis di tempat belajar “umum”, serta ajarkan ketrampilan-ketrampilan baru melalui cara yang khusus (bila perlu) sesuai kemampuan dan gaya belajar mereka.

Gaya belajar individu autisme

Setiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam upayanya mencerna informasi secara efektif. Pada umumnya kita belajar melalui indra penglihatan, perabaan dan atau pendengaran. Kita juga punya aneka gaya dalam mengingat. Ada individu yang lebih ingat fakta daripada orang lain. Ada yang lebih suka detil, sementara orang lain tidak suka pada detil. Bagaimana dengan individu autisme ? Ada beberapa gaya belajar yang dominan pada diri mereka (Sussman, 1999):

* Rote learner: Anak yang memakai gaya belajar ini, cenderung menghafalkan informasi apa adanya, tanpa memahami arti simbol yang mereka hafalkan itu. Contoh: anak dapat mengucapkan huruf dengan baik secara urut (atau melengkapi urutan abjad yang tak lengkap), tetapi sesungguhnya tidak tahu bahwa huruf itu bila digabung dengan huruf lain akan menjadi kata yang mengandung makna. Atau, anak yang dapat menghafalkan angka, tidak: Anak tahu bahwa simbol itu mewakili 'jumlah' benda.

* Gestalt learner: Bila anak menghafalkan kalimat-kalimat secara utuh tanpa mengerti arti kata-per-kata yang terdapat pada kalimat tersebut, anak cenderung belajar menggunakan gaya 'gestalt' (melihat sesuatu secara global). Berbeda dengan anak non-autis yang belajar bicara justru mulai dari kata-per-kata, anak autis dengan gaya 'gestalt' akan belajar bicara dengan mengulangi seluruh kalimat. Ia ingat seluruh kejadian, tetapi sulit memilah mana yang penting dan mana yang tidak. Ia mungkin akan sulit menjawab pertanyaan tentang salah satu detil.

Misalnya, Anda berikan mainan karet yang biasanya dimainkan sambil mandi dan mengatakan "letakkan di air", ia akan dapat melakukannya. Tetapi bila Anda berikan mainan yang sama lalu mengatakan "letakkan di rak mainan", ia akan tetap meletakkannya di air. Ia tidak paham makna kata 'letakkan' tetapi hanya mengasosiasikan seluruh kalimat dengan kebiasaannya saja. Berbeda dengan anak non-autis yang belajar bicara justru mulai dari kata-per-kata, anak autis dengan gaya 'gestalt' akan belajar bicara dengan mengulangi seluruh kalimat. Ia ingat seluruh kejadian, tetapi sulit memilah mana yang penting dan mana yang tidak. Ia mungkin akan sulit menjawab pertanyaan tentang salah satu detil.

* Visual learner: Anak dengan gaya belajar 'visual' senang melihat-lihat buku atau gambar atau menonton TV dan umumnya lebih mudah mencerna informasi yang dapat mereka lihat, daripada yang hanya dapat mereka dengar. Berhubung penglihatan adalah indra terkuat mereka, tidak heran banyak anak autis sangat menyukai TV/ VCD / gambar.

* Hands-on learner: Anak yang belajar dengan gaya ini, senang mencoba-coba dan biasanya mendapatkan pengetahuan melalui pengalamannya. Mulanya ia mungkin tidak tahu apa arti kata 'buka' tetapi sesudah Anda letakkan tangannya di pegangan pintu dan membantu tangannya membuka sambil Anda katakan 'buka', ia segera tahu bahwa bila Anda katakan 'buka' berarti .. ia ke pintu dan membuka pintu itu. Anak-anak ini umumnya senang menekan-nekan tombol, membongkar mainan dsb.

* Auditory learner: Anak dengan gaya belajar ini senang bicara dan mendengarkan orang lain bicara. Ia mendapatkan informasi melalui pendengarannya. Jarang sekali anak autis bergantung sepenuhnya pada gaya ini dan biasanya menggabungkannya dengan gaya lain. (bagian ke-1)


Apa itu Autisme

Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi (spektrum). Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, ber-interaksi sosial dan kemampuan ber-imajinasi. Dari data para ahli diketahui penyandang ASD anak lelaki empat kali lebih banyak dibanding penyandang ASD anak perempuan.

Tiap individu (anak maupun dewasa) yang terkena autism adalah individu dengan keunikan pribadi serta kombinasi perilaku yang membuat mereka berbeda dengan individu normal. Beberapa anak mungkin hanya menunjukkan gejala ringan dalam keterlambatan berbahasa tetapi lebih mempunyai problem dalam ber-sosialisasi atau berteman. Anak ini menjadi sulit untuk memulai atau meneruskan pembicaraan. Baginya berkomunikasi adalah berbicara satu arah dan hanya membicarakan mengenai hal-hal monoton yang sangat dia sukai tanpa memperdulikan apakah lawan bicaranya menyukainya atau tidak.

Tiap penyandang autism sangat berbeda dalam mengolah dan memberikan respon pada informasi yang ia dapat sehingga materi untuk terapi dan proses belajar mengajar haruslah dibuat secara khusus dengan mengacu pada kelebihan dan kekurangan masing-masing anak. Kemampuan anak autism dapat berubah ubah dari hari kehari dikarenakan sulitnya berkonsentrasi atau mengolah informasi dan timbulnya rasa takut. Pada hari pertama anak dapat terlihat baik dalam mempelajari sesuatu tetapi pada hari berikutnya mendapat kesulitan belajar. Perubahan yang terjadi disekitarnya serta rasa takutnya dapat langsung mempengaruhi kegiatan belajarnya.

Anak autisme dapat mempunyai kemampuan ingatan dan bicara secara normal ataupun berada diatas normal tetapi sangat sulit untuk berpartisipasi dan berteman dengan rekan sebayanya. Penderita autisme yang agak parah dihimbau agar mendapat bantuan intensif untuk dapat mempelajari kemampuan dasar dalam menjalani kegiatan sehari harinya.

Penyandang autisme (anak dan dewasa) dapat pula terlihat menarik, dapat menatap mata lawan bicara, tersenyum, tertawa ataupun menunjukkan perasaan emosinya dalam tahapan tahapan tertentu. Seperti anak normal lainnya mereka dapat menanggapi keadaan sekelilingnya secara positif ataupun negatif. Autisme dapat mempengaruhi cara mereka menanggapi keadaan dan dapat membuat mereka sulit untuk mengontrol reaksi badan dan pikiran mereka. Kadangkala kelainan dalam kemampuan melihat, motorik dan pengolahan informasi membuat mereka sulit menatap mata lawan bicaranya. Beberapa penyandang autisme lebih suka menggunakan penglihatan sampingnya daripada menatap langsung lawan bicaranya. Kadangkala sentuhan atau kedekatan badan orang sekitarnya menjadi sangat menyakitkan sehingga membuat mereka menjauhi bahkan terhadap anggota keluarga sekalipun. Rasa cemas, takut dan bingung dapat menjadikan mereka terlihat seperti kehilangan akal sehat dalam menghadapi kegiatan sehari hari.

Dengan terapi yang benar dan efektif, beberapa kelainan yang disebabkan oleh autisme dapat berubah ataupun sembuh dalam jangka waktu tertentu. Kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi akan menetap seumur hidup. Kelainan di bidang lainnya dapat berkurang atau berubah sejalan dengan bertambahnya usia dan pendidikan. Mereka dapat mulai menggunakan kemampuannya dalam keadaan normal dan berpartisipasi dalam aktifitas dan hobi yang lebih luas. Banyak penyandang autisme dapat menikmati kehidupan mereka dan memberikan kontribusi yang berarti kepada masyarakat luas. Banyak penyandang autisme berhasil dalam mempelajari dan merubah kelainan yang mereka miliki.

Keunikan Autisme
Sebagai contoh yang terjadi di Amerika Serikat, melalui dukungan pemerintah, program pendidikan dan terapi terhadap penyandang autisme dikembangkan melalui jaringan network secara luas (chapter) diseluruh Amerika dengan dukungan profesional, dokter ahli dan sukarelawan. Walaupun tidak ada orang yang dapat meramalkan masa depan mereka, terbukti melalui program tersebut, beberapa penyandang autisme dewasa dapat berkerja mandiri didalam masyarakat seperti mengemudi mobil, mendapatkan gelar sarjana ataupun menikah. Beberapa diantaranya dapat pula menjadi mandiri didalam masyarakat dan hanya memerlukan sedikit bantuan ketika menghadapi tekanan hidup sedangkan yang lainnya sangat bergantung kepada bantuan anggota keluarga dan dokter ahli. Penderita autisme di Amerika aktif membantu sesamanya dalam membuat buku, memberikan ceramah dan muncul secara khusus di televisi membahas keberadaan mereka apa adanya.

Orangtua penyandang autisme dapat menjadi sangat stress dikarenakan perilaku anak mereka dan usaha mereka dalam mencari bantuan penyembuhan, kesulitan finansial dan kurangnya informasi dan kesadaran mengenai adanya autisme menyebabkan terkucilnya para penyandang autisme sehingga dapat membuat hidup mereka menjadi menderita. Banyak orangtua yang kurang menyadari bahwa anak mereka penyandang autisme sehingga mencari alternatif pengobatan sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter yang benar benar ahli menangani autisme. Beberapa diantaranya membawa anak mereka ke paranormal untuk mencek apakah anak mereka terkena roh jahat. ( bersambung)